soal
1.
Pengertian kalimat
2.
Pola kalimat dasar
3.
Jenis kalimat menurut strukur
gramatikalnya
4.
Jenis kalimat menurut bentuk gayanya
(retorikanya)
5. Jenis
kalimat menurut fungsinya
6.
Kalimat efektif
7.
Pantun
Jawaban
1.
Kalimat
Adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud
lisan maupun tulisan yang terangkai untuk mengungkapkan suatu pemikiran yang
utuh seperti gagasan, perasaan maupun pemikiran. Dalam wujud tulisan berhuruf
latin, kalimat dimulai dengan huruf kalipat dan diakhiri dengan titik (.),
tanda tanya (?) maupun tanda seru (!). Kalimat umumnya berupa kelompok kata
yang sekurang-kurangnya mempunyai unsur subjek (S) dan predikat (S). Dalam
wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut,
disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.
2.
Pola kalimat dasar
Adalah
kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktrur inti,
belum mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti
penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek,
ataupun pelengkap. Kalimat dasar dapat dibedakan ke dalam delapan tipe sebagai
berikut.
a.
Kalimat dasar berpola S P
Kalimat dasar
tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini
dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:
o
Mereka
/ sedang bekerja.
S
P
(kata kerja)
o
pamannya /
pemain bola.
S
P
(kata benda)
o
Gambar itu /
bagus.
S
P
(kata sifat)
o
Peserta
penataran ini / empat puluh orang.
S
P
(kata bilangan)
b. Kalimat
dasar berpola S P O
Kalimat dasar
tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek berupa nomina atau
frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau
frasa nominal. Misalnya:
o
Mereka /
sedang menyusun / setrategi penyerangan.
S
P
O
c. Kalimat
dasar berpola S P K
Kalimat dasar
tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur keterangan
karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal,
predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Misalnya:
o
Mereka /
berasal / dari Surabaya.
S
P
K
d. Kalimat
dasar berpola S P O K
Kalimat dasar
tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. subjek berupa
nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba intransitif, objek berupa
nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
o
Kami /
memasukkan / pakaian / ke dalam lemari.
S P O K
3.
Kalimat menurut strukur gramatikalnya
Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat
tunggal dan dapat pula berupa kalimat mejemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat
setara (koordinatif), tidak setara (subordinatif), ataupun campuran
(koordiatif-subordinatif). Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam kalimat
tunggal; gagasan yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk.
a. Kalimat Tunggal
ialah kalimat yang hanya memiliki satu pola (klausa), yang
terdiri dari subjek dan predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang paling
sederhana. Kalimat tunggal yang sederhana ini dapat ditelusuri berdasarkan
pola-pola pembentukannya.
Pola-pola kalimat dasar yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
Ø KB + KK (kata benda + kata kerja)
Contoh: Ibu memasak.
Ø KB + KS (kata benda + kata sifat)
Contoh: Anak itu sangat rajin.
Ø KB + KBil (kata benda + kata bilangan)
Contoh: Apel itu ada dua buah.
Kalimat tunggal terdiri dari 2
jenis, yaitu:
1. Kalimat Nominal
yaitu jenis kalimat yang pola predikatnya menggunakan kata benda. Contoh: Adik perempuan saya ada dua orang.
2. Kalimat Verbal
yaitu jenis kalimat yang menggunakan kata kerja sebagai predikatnya. Contoh: Saya sedang mandi.
Dua jenis kalimat tunggal diatas dapat
dikembangkan dengan menambahkan kata pada tiap unsur-unsurnya. Dengan adanya
penambahan tiap unsur-unsur itu, unsur utama masih dapat dengan mudah dikenali.
Perluasan kalimat tunggal itu terdiri atas:
a) Keterangan tempat, misalnya: disini,
lewat jalan itu, di daerah ini, dan lain-lain. Contoh: Rumahnya ada di daerah ini.
b)
Keterangan waktu, misalnya: setiap hari, pukul,
tahun ini, tahun depan, kemarin, lusa, dll. Contoh: Aktifitasnya dimulai pukul 08.30 pagi.
c)
Keterangan
alat, misalnya: dengan baju, dengan sepatu, dengan motor, dll. Contohnya: Dia pergi dengan sepeda motor.
d)
Keterangan
cara, misalnya: dengan hati-hati, secepat mungkin, dll. Contoh: Prakarya itu dibuat dengan hati-hati.
e)
Keterangan
modalitas, misalnya: harus, mungkin, barangkali, dll. Contoh: Saya harus giat berlatih.
f)
Keterangan
aspek, misalnya: akan, sedang, sudah, dan telah. Contoh: Dia sudah menyelesaikannya.
g)
Keterangan
tujuan, misalnya: untuk dirinya, untuk semua orang, dll. Contoh: Orang itu membuat dirinya terlihat menawan.
h)
Keterangan
sebab, misalnya: karena rajin, karena panik, dll. Contoh: Dia lulus ujian karena rajin belajar.
i)
Keterangan
tujuan (keterangan yang sifatnya menggantikan), contoh: penerima medali emas, taufik Hidayat.
j)
Perluasan
kalimat yang menjadi frasa, contoh: orang
itu menerima predikat guru teladan.
Contoh perluasan kalimat tunggal:
Ibu
sedang menyapu halaman.
Adik saya
ada 2 orang yang masih sekolah.
b. Majemuk Majemuk Setara
Kalimat
majemuk setara terjadi dari dua kalimat tunggal atau lebih. Kalimat majemuk
setara dikelompokkan menjadi empat jenis, sebagai berikut:
1. Dua kalimat
tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata dan atau serta jika
kedua kalimat tunggal atau lebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat
majemuk setara penjumlahan.
Contoh: Kami membaca dan Mereka menulis.
2. Kedua
kalimat tunggal yang berbentuk kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh kata tetapi jika kalimat itu menunjukkan
pertentangan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pertentangan.
Contoh: Amerika dan Jepang tergolong negara maju.
3. Dua kalimat
tunggal ata lebih dapat dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian jika
kejadian yang dikemukakannya berurutan.
Contoh: Mula-mula disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat remaja, kemudian
disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat dewasa.
4. Dapat pula
dua kalimat tunggal atau lebih dihubungkan oleh kata atau jika kalimat itu menunjukkan pemilihan, dan hasilnya
disebut kalimat majemuk setara pemilihan.
Contoh: Para pemilik televisi membayar iuran televisinya di kantor pos yang
terdekat, atau para petugas menagihnya ke rumah pemilik televisi langsung.
c. Kalimat Majemuk tidak Setara
Kalimat
majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas dan satu suku
kalimat atau lebih yang tidak bebas. Jalinan kalimat ini menggambarkan taraf
kepentingan yang berbeda-beda di antara unsur gagasan yang majemuk. Inti
gagasan dituangkan ke dalam induk
kalimat, sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan waktu, sebab,
akibat, tujuan, syarat, dan sebagainya dengan aspek gagasan yang lain
diungkapkan dalam anak kalimat.
Penanda anak kalimat ialah kata walaupun, meskipun, sungguhpun, karena, apabila,
jika, kalau, sebab, agar, supaya dan lain sebagainnya.
Contoh : Apabila kamu ingin melihat bak mandi panas, saya akan membawa
kamu ke hotel- hotel besar.
Ø Induk kalimat: saya akan membawa kamu ke hotel-hotel besar
Ø Anak kalimat: apabila kamu ingin melihat bak mandi panas
d.
Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat
jenis ini terdiri atas kalimat majemuk taksetara (bertingkat) dan kalimat
majemuk setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk
taksetara (bertingkat). Misalnya:
1. Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
2. Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
Penjelasan
Kalimat pertama terdiri atas induk
kalimat yang berupa kalimat majemuk setara, kami pulang, tetapi mereka masih
bekerja, dan anak kalimat karena
tugasnya belum selesai. Jadi,
susunan kalimat kedua adalah setara + bertingkat.
4.
Kalimat menurut bentuk gayanya
(retorikanya)
a) Kalimat Yang Melepas
Kalimat yang melepas
terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh unsur utama (induk
kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat). Unsur anak kalimat ini
seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya. Jika unsur anak kalimat tidak
diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Contoh: saya akan
dibelikan Ayah mobil jika saya lulus ujian sarjana.
b)
Kalimat yang Klimaks
Kalimat klimaks
terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan
diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami jika hanya membaca
anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu yang
ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karen itu, penyajian kalimat ini terasa
berklimaks dan terasa membentuk ketegangan.
Contoh : karena tidak
mempunyai kendaraan, ia datang terlambat ke sekolahan.
c) Kalimat Yang Berimbang
Kalimat yang berimbang
disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk campuran,
Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke
dalam bangun kalimat yang simetri.
Contoh : jika
stabilitas nasional meningkat, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat
beribadat dengan leluasa
5. Jenis
kalimat menurut fungsinya
Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat dirinci menjadi kalimat
pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat seruan. Semua jenis
kalimat itu dapat disajikan dalam bentuk positif dan negatif.
a. Kalimat Pernyataan (Deklaratif)
Kalimat
pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada
waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya,
intonasi menurun; tanda baca titik).
Misalnya: Positif : Presiden
Gus Dur mengadakan kunjungan ke luar negeri.
Negatif : Tidak semua bank memperoleh kredit lunak.
b. Kalimat Pertanyaan
(Interogatif)
Kalimat
pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi
(jawaban) yang diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda
tanya). Pertanyaan sering menggunakan kata tanya seperti bagaimana, di mana, mengapa, berapa, dan
kapan.
Misalnya: Positif : Kapan Saudara berangkat ke Singapura?
Negatif : Mengapa gedung ini dibangun
tidak sesuai dengan bestek yang disepakati?
c. Kalimat Perintah dan Permintaan
(Imperatif)
Kalimat
perintah dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang” orang berbuat
sesuatu. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru).
Misalnya: Positif : Maukah kamu disuruh mengantarkan buku ini ke Pak Sahluddin!
Negatif : Sebaiknya
kita tidak berpikiran sempit tentang hak asasi manusia.
d. Kalimat Seruan
Kalimat
seruan dipakai jika penutur ingin mengungkapkan perasaan “yang kuat” atau
yang mendadak. (Biasanya, ditandai oleh menaiknya suara pada kalimat
lisan dan dipakainya tanda seru atau tanda titik pada kalimat tulis).
Misalnya: Positif : Bukan main, cantiknya.
Negatif : Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
6. Kalimat
efektif
Kalimat efektif dapat diartikan
sebagai susunan kata yang mengikuti kaidah kebahasaan secara baik dan benar.
Tentu saja karena kita berbicara tentang bahasa Indonesia, kaidah yang menjadi patokan kalimat efektif dalam bahasan
ini adalah kaidah bahasa Indonesia menurut ejaan yang disempurnakan (EYD).
A. Syarat
Kalimat Efektif
Pada
dasarnya, ada empat syarat utama sebuah kalimat dapat dikatakan efektif atau
tidak.
1. Sesuai EYD
Sebuah
kalimat efektif haruslah menggunakan ejaan maupun tanda baca yang tepat. Kata
baku pun mesti menjadi perhatian agar tidak sampai kata yang kamu tulis
ternyata tidak tepat ejaannya.
2. Sistematis
Sebuah
kalimat paling sederhana adalah yang memiliki susunan subjek dan predikat,
kemudian ditambahkan dengan objek, pelengkap, hingga keterangan. Sebisa mungkin
guna mengefektifkan kalimat, buatlah kalimat yang urutannya tidak memusingkan.
Jika memang tidak ada penegasan, subjek dan predikat diharapkan selalu berada
di awal kalimat.
3. Tidak
Boros dan Bertele-tele
Jangan
sampai kalimat yang kalian buat terlalu banyak menghambur-hamburkan kata dan
terkesan bertele-tele. Pastikan susunan kalimat yang kalian rumuskan pasti dan
ringkas agar orang yang membacanya mudah menangkah gagasan yang kalian
tuangkan.
4. Tidak
Ambigu
Syarat
kalimat efektif yang terakhir, kalimat efektif menjadi sangat penting untuk
menghindari pembaca dari multiftafsir. Dengan susunan kata yang ringkas,
sistemastis, dan sesuai kaidah kebahasaan; pembaca tidak akan kesulitan
mengartikan ide dari kalimat kalian sehingga tidak ada kesan ambigu.
B. Ciri-ciri
Kalimat Efektif
Untuk
membuat kalimat efektif tidaklah sulit asalkan sudah memahami ciri-ciri suatu
kalimat dikatakan efektif. Berikut ini adalah 5 ciri-ciri sehingga suatu
kalimat dapat kita katakan efektif.
1. Kesepadanan
Struktur
Hal
pertama yang harus diperhatikan adalah kelengkapan struktur dan penggunaannya.
Inilah yang dimaksud dengan kesepadanan struktur. Ada beberapa hal yang
menyangkut ciri-ciri yang satu ini.
a. Pastikan kalimat yang dibuat
mengandung unsur klausa minimal yang lengkap, yakni subjek dan predikat.
b. Jangan taruh kata depan (preposisi) di depan
subjek karena akan mengaburkan pelaku di dalam kalimat tersebut.
Contoh kalimat efektif dan tidak
efektif:
Bagi semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (tidak efektif)
Semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (efektif)
Bagi semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (tidak efektif)
Semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (efektif)
c. Hati-hati pada penggunaan konjungsi yang di depan predikat karena membuatnya menjadi perluasan dari
subjek.
Contoh:
Dia yang pergi meninggalkan saya. (tidak efektif)
Dia pergi meninggalkan saya. (efektif)
Dia yang pergi meninggalkan saya. (tidak efektif)
Dia pergi meninggalkan saya. (efektif)
d. Tidak bersubjek ganda, bukan berarti subjek tidak
boleh lebih dari satu, namun lebih ke arah menggabungkan subjek yang sama.
Contoh:
Adik demam sehingga adik tidak dapat masuk sekolah. (tidak efektif)
Adik demam sehingga tidak dapat masuk sekolah. (efektif)
Adik demam sehingga adik tidak dapat masuk sekolah. (tidak efektif)
Adik demam sehingga tidak dapat masuk sekolah. (efektif)
2.
Kehematan Kata
Karena
salah satu syarat kalimat efektif adalah ringkas dan tidak bertele-tele, kalian
tidak boleh menyusun kata-kata yang bermakna sama di dalam sebuah kalimat. Ada
dua hal yang memungkinkan kalimat membuat kalimat yang boros sehingga tidak
efektif. Yang pertama menyangkut kata jamak dan yang kedua mengenai kata-kata
bersinonim. Untuk menghindari hal tersebut, berikut ini contoh mengenai kesalahan
dalam kata jamak dan sinonim yang menghasilkan kalimat tidak efektif.
Ø Contoh Kata Jamak:
Para siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (tidak efektif)
Siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (efektif)
Para siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (tidak efektif)
Siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (efektif)
Ketidakefektifan terjadi karena kata
para merujuk pada jumlah jamak,
sementara siswa-siswi juga mengarah pada jumlah siswa yang lebih dari satu.
Jadi, hilangkan salah satu kata yang merujuk pada hal jamak tersebut.
Ø Contoh Kata Sinonim:
Ia masuk ke dalam ruang kelas. (tidak efektif)
Ia masuk ruang kelas.
Ia masuk ke dalam ruang kelas. (tidak efektif)
Ia masuk ruang kelas.
Ketidakefektifan terjadi karena kata
masuk dan frasa ke dalam sama-sama menunjukkan arti
yang sama. Namun, kata masuk lebih
tepat membentuk kalimat efektif karena sifatnya yang merupakan kata kerja dan
dapat menjadi predikat. Sementara itu, jika menggunakan ke dalam dan menghilangkan kata masuk sehingga menjadi ia
ke dalam ruang kelas kalimat tersebut akan kehilangan predikatnya dan
tidak dapat dikatakan kalimat efektif menurut prinsip kesepadanan struktur.
3.
Kesejajaran Bentuk
Ciri-ciri yang satu ini menyangkut
soal imbuhan dalam kata-kata yang ada di kalimat, sesuai kedudukannya pada
kalimat itu. Pada intinya, kalimat efektif haruslah berimbuhan pararel dan
konsisten. Jika pada sebuah fungsi digunakan imbuhan me-, selanjutnya imbuhan yang sama digunakan pada fungsi yang
sama.
Contoh
Ø Hal yang mesti diperhatikan soal
sampah adalah cara membuang, memilah, dan pengolahannya. (tidak efektif)
Ø Hal yang mesti diperhatikan soal
sampah adalah cara membuang, memilah, dan mengolahnya. (efektif)
4. Ketegasan Makna
Tidak selamanya subjek harus
diletakkan di awal kalimat, namun memang peletakan subjek seharusnya selalu
mendahului predikat. Akan tetapi, dalam beberapa kasus tertentu, kalian bisa
saja meletakkan keterangan di awal kalimat untuk memberi efek penegasan. Ini
agar pembaca dapat langsung mengerti gagasan utama dari kalimat tersebut.
Penegasan kalimat seperti ini biasanya dijumpai pada jenis kalimat perintah,
larangan, ataupun anjuran yang umumnya diikuti partikel lah atau pun.
·
Kamu
sapulah lantai rumah agar bersih! (tidak efektif)
·
Sapulah
lantai rumahmu agar bersih! (efektif)
5.
Kelogisan Kalimat
Ciri-ciri
kalimat efektif terakhir yang amat krusial menyangkut kelogisan kalimat yang
kalian buat. Kelogisan berperan penting untuk menghindari kesan ambigu pada
kalimat. Karena itu, buatlah kalimat dengan ide yang mudah dimengerti dan masuk
akal agar pembaca dapat dengan mudah pula mengerti maksud dari kalimat
tersebut.
Contoh
· Kepada Bapak Kepala Sekolah, waktu
dan tempat kamu persilakan. (tidak efektif)
· Bapak Kepala Sekolah dipersilakan
menyampaikan pidatonya sekarang. (efektif)
Pantun
Pohon
jeruk buahnya lebat
Buah durian baunya
menyengat
Assalamualikum
wahai sahabat
Sambut
pagi dengan semangat
Makan
roti dirumah haji samat
Minumnya
pakai teh hangat
Menuntut
ilmu dengan giat
Agar
mendapat manfaat
Jalan-jalan ke pasar
medan
Tidak lupa membeli
wajan
Terima kasih saya
ucapkan
Mohon maaf jika ada
kesalahan